Bingung Memasarkan Produk Pertanian, Kamu Harus Baca Ini!

Harian Kuningan – Menaklukkan Pasar Sayuran Segar dengan Strategi Jitu!!
Setiap bisnis itu menjanjikan. Yang membedakan hanya satu, siapa pilotnya. Dan kisah Rahmat, seorang petani muda hidroponik dari Mijen, Kota Semarang, adalah bukti nyata bahwa arah kesuksesan itu bukan ditentukan oleh jenis usahanya, tapi oleh tekad, konsistensi, dan kecerdikan dalam membaca peluang.
Rahmat memulai dengan keterbatasan. Bermodal Rp2 juta dan satu meja di atas atap rumah, ia merakit sendiri sistem hidroponik dengan peralatan sederhana. Dari situ, benih ketekunan mulai tumbuh. Meja bertambah jadi empat, rumah pun tak lagi cukup menampung semangatnya. Berkat restu sang kakek, ia memperluas kebunnya ke bekas kandang ayam dan membangun greenhouse pertamanya. Awalnya dicemooh, bahkan oleh keluarga sendiri. Tapi justru dari situlah Rahmat terpacu untuk membuktikan diri.
Puncak keberhasilan bukan datang seketika. Ia terus belajar dari kegagalan, termasuk panen yang gagal hingga 1 ton akibat hama dan cuaca ekstrem. Namun dari situ pula lahir ketangguhan dan strategi pengendalian hama yang cermat — dosis tepat, waktu tepat, dan sasaran tepat.
Namun bukan hanya menanam yang membuat bisnisnya kuat. Strategi pemasarannya adalah kunci kemenangan. Rahmat memilih jalan berbeda, menjual langsung ke end user. Bukan pasar, bukan tengkulak. Ia pasok langsung ke restoran, outlet kebab, warung sate, catering, hingga burger joint. Harganya flat Rp20.000 per kilo, kapan pun, meski harga pasar anjlok atau melonjak. Stabilitas ini membuat banyak pelanggan setia dan percaya.
Lalu, bagaimana cara ia masuk ke pasar restoran?
Bukan dengan proposal tebal. Bukan juga dengan presentasi mewah. Ia datang langsung ke restoran, membawa sampel terbaik, dan menyapa siapa pun yang ditemui, entah cleaning service, satpam, atau karyawan dapur. Dari situlah percakapan tumbuh. Dari keberanian itu, pintu-pintu negosiasi terbuka.
Saat bertemu pihak manajemen, ia tawarkan bukan hanya produk, tapi layanan istimewa:
- Kualitas sayur dijamin segar,
- Harga stabil tanpa fluktuasi,
- Pengiriman gratis berapa pun jumlah pesanan,
- Bisa pesan dadakan, bahkan hanya 1–2 kilo pun tetap diantar.
Pelayanan seperti ini — yang tidak bisa ditiru supplier besar dengan armada box-nya — justru jadi senjata Rahmatul untuk unggul di pasar.
Kini, dengan 27.000 lubang tanam, ia mampu memanen 60 kg selada per hari, bahkan menembus 1,9 ton per bulan. Dan semuanya tetap terjual dengan stabil, tanpa perlu rebutan harga di pasar.
Rahmat tak pelit ilmu. Ia membuka kebunnya untuk siapa saja yang ingin belajar. Ia sadar, pertanian bukan sekadar mencari cuan, tapi juga ruang kolaborasi. Baginya, semakin banyak petani muda, semakin sehat masa depan bangsa.
“Kalau petani sedikit, saya senang secara bisnis — persaingan kecil. Tapi secara sosial, itu membahayakan. Saya lebih senang jika banyak yang bertani. Kita bisa saling belajar, bertumbuh bersama.”
Jadi, buat kamu yang sedang ragu memulai bisnis pertanian, ingatlah, bisnis tidak pernah salah — asal pilotnya tahu arah dan berani menerbangkan mimpi.
🌱 Bertani bukan hanya soal menanam. Tapi tentang menumbuhkan harapan, membangun relasi, dan menyajikan hasil dengan ketulusan.
Sumber: Youtube CapCapung