Tradisi Seren Taun di Cigugur: Ungkapan Syukur Panen dan Refleksi Nilai Kemanusiaan
Harian Kuningan – Upacara adat Seren Taun kembali digelar masyarakat adat Sunda Wiwitan Cigugur sebagai bentuk ungkapan syukur atas hasil panen serta penghormatan terhadap para leluhur. Tradisi tahunan ini dilaksanakan dengan khidmat dan penuh makna oleh masyarakat setempat pada Sabtu (14/6/2025).
Rangkaian acara diawali dengan prosesi Nyandak Pare oleh Pupuhu (pemimpin adat) bersama warga komunitas Adat Akur. Prosesi dilanjutkan dengan Mesek Pare, kegiatan simbolik yang melibatkan seluruh warga, termasuk masyarakat umum, sebagai bentuk kebersamaan dan rasa syukur.
Menurut Kento Subarman, salah satu sesepuh adat Sunda Wiwitan, Seren Taun tidak hanya menjadi ritual panen, tetapi juga sarana refleksi bagi manusia agar menyadari hakikat dan watak dasar kehidupannya. Ia menjelaskan bahwa setiap makhluk hidup memiliki karakter dasar masing-masing.
“Artinya harus kita sadari bahwa tiap kehidupan itu punya karakter yang mendasar. Seperti halnya tumbuhan hidup pasif hanya untuk berkembang, kalau hewan hidup aktif tapi hanya taunya benar. Nah, manusia tahu benar dan salah,” ujar Kento.
Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya menjunjung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia, kata dia, tidak boleh terpengaruh oleh watak dasar makhluk lain, melainkan harus memiliki kesadaran diri sebagai individu dan sebagai bagian dari suatu bangsa.
“Jangan sampai watak dasar aslinya itu mempengaruhi kita. Artinya kita sebagai manusia yang berprikemanusiaan, sebab kita manusia harus menyadari kesadaran diri sebagai manusia dan kesadaran pribadi sebagai suatu bangsa,” tambahnya.
Kento juga mengungkapkan makna simbolik dari kegiatan Mesek Pare, yang menurutnya merupakan wujud penerimaan manusia terhadap kebijaksanaan dan kemurahan Tuhan Yang Maha Kuasa.
“Jadi dalam mesek padi ini simbolisasi bagaimana antara kita menerima ke maha bijaksanaan dan ke maha murahaan Tuhan Yang Maha Kuasa, dan semua harus direnungkan dan diresapi,” pungkasnya.
Tradisi Seren Taun terus dijaga oleh masyarakat adat Cigugur sebagai warisan budaya yang sarat nilai spiritual dan filosofis, sekaligus memperkuat identitas serta jati diri masyarakat Sunda.